Merasa penat dengan hiruk-pikuk ibukota,
macet dan dibuat berjuang setiap hari kerja dengan angkutan urban yang
terkadang cukup tidak manusiawi membuatku memutuskan liburan di kota Gudeg, Jogja. Aku pergi bersama empat kawan, yakni Indri, Tyo
(pacar Indri), Bang Junet, dan Ari. Terhitung tanggal 1,2,3 dan 4 Desember 2017. Ke empat
temanku sudah lebih dulu berangkat, yakni siang hari pada tanggal 30 November.
Karena harus bekerja di hari yang sama, aku menyusul dan berangkat seorang
diri. Aku diantar oleh Lana, pacarku. Karena suatu alasan, ia tidak bisa
menemaniku di Jogja. Kami tiba di stasiun Pasar Senen sekitar pukul 21.00wib. Ia
membelikanku snack. Kami bercanda dan menghabiskan eskrim coklat kesukaanku.
Tak terasa, petugas menghimbau para penumpang untuk segera menuju peron
keberangkatan. Lana mengantarku sampai pintu utama. Saat beberapa baris sebelum
petugas memeriksa kartu identitasku, aku memutarbalikkan badan dan langsung
memeluknya.
‘Kamu baik-baik disana. Jaga diri ya.’
Saat itu perasaanku benar-benar sedih. Aku menangis
saat berjalan di peron kereta.
‘Aku gak akan macem-macem. Murni
buat liburan.’
Kereta berangkat pukul 22.45wib.
Jum’at, 1
Desember 2017
06.30wib
Akhirnyaaa.... Aku bernafas lega
setelah kereta tiba dengan selamat di Stasiun Jogjakarta. Aku duduk dibangku
tunggu penumpang, berkali-kali menghubungi teman-teman lainnya namun tidak ada
satupun yang menjawab panggilanku. Sial, aku sendiri di kota orang dan hanya
dibekali alamat rumah yang kami sewa. Aku menggunakan ojek online menuju tempat
tersebut. Meski sempat kesasar, alhamdulillah salah satu temanku terbangun dan
menunggu kedatanganku di depan jalan. Jarak tempat kami menginap sekitar 1,7km
dari stasiun Tugu. Bangunan yang cukup luas, memiliki tiga kamar dengan AC,
dapur, kamar mandi yang bersih, dan bertingkat untuk menjemur pakaian, cukup recommended jika nanti kami berlibur
kembali ke kota romantis ini.
Aku tidak akan menceritakan detail wisata alam yang kami datangi.
Aku akan bercerita bagaimana kota ini akan membuatmu ingin kembali lagi dan
lagi. Akan terasa lebih menyenangkan jika kau datang bersama orang terkasih. Aku
memang menikmati liburan ini, namun tetap saja liburanku akan lebih menarik
jika kamu ikut menemani. Aku ingin berjalan berdampingan denganmu saat
menyusuri Malioboro. Aku ingin kau yang memesan kopi arang dan aneka macam sate
untuk kita makan saat malam. Aku ingin kau melihat bagaimana aku berdebat kecil
dengan pedagang agar mendapat potongan harga. Aku ingin kau tahu bagaimana aku
akan tetap bangun siang walau sedang liburan. Karena bisa bangun siang adalah
harta yang paling berharga~ tidak tidak, aku rela bangun pagi buta untuk bisa
menikmati sunrise di Gunung Kidul bersamamu. Aku ingin merasakan keindahan kota
gudeg dengan aroma tembakau dari jemarimu.
Semoga kelak aku bisa kembali ke
kota bakpia dengan hal berbeda. Tidak lagi menangis saat menaiki peron, tidak
lagi duduk seorang diri di bangku kereta, tidak lagi menunggu kabar untuk
dijemput. Karena kita akan berangkat bersama. Tentu kau yang akan membawakan
tas backpackerku, kau yang akan
memberikan bahu untuk kusandarkan selama 8jam perjalanan, kau yang akan
membangunkanku saat kita sudah sampai ditujuan.
Walau bersamamu kini, aku tak
banyak ingin kemana-kemana. Cukup duduk berhadapan dan mengobrol sampai kopimu
dingin, aku senang. Namun jika bisa menikmati kopi hitam dan tentunya kopi susu
kegemaranku ditempat nun jauh, mengapa tidak?