Senin, 05 Februari 2018

Menjadi Rumah

Kau tahu apa arti rumah bagiku?
Rumah adalah tempat dimana kau merasa dinanti.
Hadirmu dirindu, pulangmu ditunggu.
Rumah adalah kumpulan ruang yang membuatmu mantap untuk menetap, bukan hanya singgah lalu pergi karena tidak betah.


Dicintai kamu, adalah hal yang harus aku syukuri. Dimiliki kamu, adalah hal yang aku sukai. Ketika kau tidak perduli siapa penghuni sebelum dirimu kini. Kau tidak bertanya bagaimana awal sebelum ini. Kau datang dengan ikhlas, menghiasi setiap sudut ruang dengan senyum dan cerita kita yang penuh tawa lepas. Aku menjadikanmu rumah baru, tempatku berkeluh-kesah, ada haru dan bahagia hingga aku tertawa tanpa malu-malu.
Kau membuatku memasuki dimensi baru, tentu hanya kau dan aku yang tahu. Tak jarang, aku pamer pada dunia bahwa aku bahagia bersamamu. Kata orang, hati-hati jika diluar sana ada sosok yang mencemburui lalu mencurinya darimu. Aku tidak takut, maksudku, aku yakin lelaki-ku tahu cara menjaga dan membatasi diri. Pahitnya, suatu saat nanti jika kau tergoda orang ketiga, ingatlah ada tujuan hidup yang kau buang percuma.
Walaupun aku belum menjadi perempuan baik-baik, setidaknya aku memiliki sosok yang mengetahui kisahku dahulu, namun ia tidak pernah menghakimi diriku atas hal itu. Pernah sekali ia bertanya dan aku enggan menjawab, setelah itu tak pernah sekalipun ia bertanya tentang masalaluku-apapun itu-. Ia menghargaiku, baginya tidak perlu bertanya bagaimana bisa begini dan begitu.
Orang bilang, puncaknya jatuh cinta adalah saat kalian menangis berdua. Lucunya, kami melakukan hal itu. Karena sebuah masalah hingga membuat aku menangis di hadapannya. Suasana hening cukup lama, ia pelankan suara, aku hanya menunduk dengan butiran hangat yang terus mengalir, sampai aku melihat, ada airmata lain yang ikut terjatuh.
Terimakasih kau telah memilihku. Terimakasih kau telah membalas rasaku, walau kita selalu bertengkar tentang rasa siapa yang lebih dalam. Terimakasih untuk waktumu, walau aku tahu ada teman-teman yang harus kau korbankan saat bertemu denganku. Aku bersyukur bisa menyayangi laki-laki yang begitu menyayangi diriku sebanyak ini.

Semoga, tetaplah aku yang menjadi teman minum kopimu.
Semoga, akulah yang akan direpotkan untuk menyiapkan pakaian kerjamu.
Semoga, tetaplah aku.

Sempat Kecewa

'Akulah lelaki
Dengan jiwa bocah
Yang coba dewasa
Yang coba berubah'

Aku pernah dibuat kecewa, tidak hanya sekali, dan dengan masalah yang berbeda-beda. Awalnya kupikir aku bisa mengubah cara hidupmu dengan singkat. Aku keliru, kau masih saja dengan jalan hidupmu seperti dahulu. Aku terdiam. Merasa gagal sebagai perempuanmu. Nyatanya sampai saat ini kehadiranku tak mengubah apa-apa dalam hidupmu. Bukan semakin baik, kau semakin berulah. Celakanya, aku selalu tahu sendiri hal itu sebelum kau yang bercerita atau mungkin tak akan kau ceritakan padaku. Begitu besar rasa percaya diriku. Merasa bisa menjadi pengendali saat kau salah arah, nyatanya hadirku tak sebegitu berarti untukmu.

'Mohon dampingilah
Jangan tinggalkan'

Tak habis pikir, bagaimana bisa kau melakukan semua hal itu tanpa aku tahu? Kau ingat komitmen awal menjalani hubungan ini? Kebohongan-kebohongan yang dilakukan akan membuat jauh salah satu dari kita. Harapanku padamu terlalu tinggi hingga diriku mudah tersakiti oleh perbuatan salahmu. Sempat terucap kalimat untuk menyudahi dan jalani hidup kita sendiri-sendiri.

‘Maaf lan, aku belum bisa mengerti pilihan hidup kamu.’

Kau tahu, aku selalu mencoba baik-baik untuk membawa diri. Menahan hal-hal yang akan membuatmu kecewa. Aku memberikan kepercayaan penuh untukmu. Mati-matian aku membela dirimu atas rumor yang kudengar. Namun kau mati-matian juga mematikan pondasi kuat yang telah aku rawat. Lagi-lagi kau mengecewakanku dengan masalah yang tak berkesudah. Berdua kita memulai hubungan yang lebih baik. Aku percaya dengan janjimu, bahwa kau akan meninggalkan hal-hal yang dulu kau pilih sebagai jalan hidupmu, dan menurutku itu salah. Kau memintaku untuk menemani setiap proses perubahan yang akan kau gapai. Dengan kemantapan hati, aku menyanggupi.

'Kau alasanku untuk dewasa
Dan ku tak ingin kau terluka
Segenap jiwa akan ku jaga'
Sheila on7 - Alasanku

18.19wib, suara adzan maghrib menghantarkanku menutup tulisan singkat tentang sedikit kekecewaan yang pernah berulangkali kau gores. Mungkin niatmu hanya menghargai teman-temanmu, tidak enakan, atau hanya sekedar iseng. Namun kau harus ingat satu hal, teman yang baik akan menghargai prinsip dan pilihanmu.

Ingat ucapanmu;
‘ Gak mau aku balik kayak dulu lagi. Aku suka diri aku yang sekarang, ditambah ada kamu.’

Berubahlah, bukan untuk diriku, namun demi dirimu, demi masadepan-mu.

Desember di Jogja

Merasa penat dengan hiruk-pikuk ibukota, macet dan dibuat berjuang setiap hari kerja dengan angkutan urban yang terkadang cukup tidak man...