Sabtu, 23 September 2017

Sebuah Usaha Melupakan dan Merayakan Kehilangan

Kamu memutuskan pergi dan berhenti menunggu. Karena bagimu aku bukan sesuatu yang pasti—meski di dalam hatimu, katamu aku tak akan terganti.
Dulu saat kamu mencintaiku, aku selalu punya seribu cara menjauh. Tapi, kamu selalu tabah. Bagimu, luka yang kuberikan menjadi nama lain dari kebahagiaan. Kamu terus kembali—kembali lagi. Sampai akhirnya aku lelah—sampai kamupun lelah.
Kini, aku tak lagi punya cara untuk memintamu kembali. Karena mungkin, saat ini kamu mati-matian berusaha melupakanku.
***
Aku pergi. Tapi sebelum pergi ajari aku untuk melupakanmu dengan sempurna agar langkahku tak lagi berat.
Karena rindu atas namamu membuat sekujur tubuhku melemah.
Semoga luka karenamu ini lekas mengering.
Aku senang, kamu sudah bersamanya sesaat sebelum meninggalkanku.
Jadi, kamu tidak merasa kesepian, bukan? Tidak merasakan kehilangan seperti yang saat ini aku rasakan.
***
Semuanya menjadikan seolah kau yang terluka. Teruskanlah ambisimu itu. Aku tak akan menahanmu. Aku cukup paham bahwa semua orang punya tujuan. Dan, ternyata memang yang kau inginkan bukan hal yang sejalan dengan yang aku impikan. Aku pelan-pelan menata langkah untuk tetap bersama, kau diam-diam menyalakan bara dan membakar semua cerita.
Sekarang aku merelakanmu dengan hal yang membuatmu pergi. Kita hanya perlu menunggu waktu. Hari ini kau telah menanam segala luka. Kelak, entah kapan, percayalah, bisa jadi yang kau perjuangkan dengan cara seperti itu, menjadi menyebalkan dan menghempaskanmu melebihi apa yang kau lakukan kepadaku. Barangkali kau melupakan satu hal. Mencari kebahagiaan dengan cara merusak kebahagiaan orang lain adalah yang tak akan bertahan lama. Pada saatnya, kau akan mengerti dan menyesal atas apapun yang membuatmu tergoda. Nyatanya hanya bentuk lain dari luka yang sebenarnya.


Boy Candra, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Desember di Jogja

Merasa penat dengan hiruk-pikuk ibukota, macet dan dibuat berjuang setiap hari kerja dengan angkutan urban yang terkadang cukup tidak man...