Kau tahu apa arti rumah bagiku?
Rumah adalah tempat dimana kau merasa
dinanti.
Hadirmu dirindu, pulangmu ditunggu.
Rumah adalah kumpulan ruang yang membuatmu
mantap untuk menetap, bukan hanya singgah lalu pergi karena tidak betah.
Dicintai kamu,
adalah hal yang harus aku syukuri. Dimiliki kamu, adalah hal yang aku sukai. Ketika
kau tidak perduli siapa penghuni sebelum dirimu kini. Kau tidak bertanya
bagaimana awal sebelum ini. Kau datang dengan ikhlas, menghiasi setiap sudut
ruang dengan senyum dan cerita kita yang penuh tawa lepas. Aku menjadikanmu
rumah baru, tempatku berkeluh-kesah, ada haru dan bahagia hingga aku tertawa
tanpa malu-malu.
Kau membuatku
memasuki dimensi baru, tentu hanya kau dan aku yang tahu. Tak jarang, aku pamer
pada dunia bahwa aku bahagia bersamamu. Kata orang, hati-hati jika diluar sana
ada sosok yang mencemburui lalu mencurinya darimu. Aku tidak takut, maksudku,
aku yakin lelaki-ku tahu cara menjaga dan membatasi diri. Pahitnya, suatu saat
nanti jika kau tergoda orang ketiga, ingatlah ada tujuan hidup yang kau buang
percuma.
Walaupun aku belum
menjadi perempuan baik-baik, setidaknya aku memiliki sosok yang mengetahui
kisahku dahulu, namun ia tidak pernah menghakimi diriku atas hal itu. Pernah
sekali ia bertanya dan aku enggan menjawab, setelah itu tak pernah sekalipun ia
bertanya tentang masalaluku-apapun itu-. Ia menghargaiku, baginya tidak perlu
bertanya bagaimana bisa begini dan begitu.
Orang bilang,
puncaknya jatuh cinta adalah saat kalian menangis berdua. Lucunya, kami
melakukan hal itu. Karena sebuah masalah hingga membuat aku menangis di
hadapannya. Suasana hening cukup lama, ia pelankan suara, aku hanya menunduk
dengan butiran hangat yang terus mengalir, sampai aku melihat, ada airmata lain
yang ikut terjatuh.
Terimakasih kau
telah memilihku. Terimakasih kau telah membalas rasaku, walau kita selalu
bertengkar tentang rasa siapa yang lebih dalam. Terimakasih untuk waktumu,
walau aku tahu ada teman-teman yang harus kau korbankan saat bertemu denganku. Aku
bersyukur bisa menyayangi laki-laki yang begitu menyayangi diriku sebanyak ini.
Semoga, tetaplah aku yang menjadi teman
minum kopimu.
Semoga, akulah yang akan direpotkan untuk
menyiapkan pakaian kerjamu.
Semoga, tetaplah aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar