Siapa yang tak
bahagia disukai oleh orang yang kita sukai?
Siapa yang tak
bahagia memiliki orang yang kita sayangi?
Aku merasa
ditemukan. Setelah terjatuh pada hal yang membuat pikiran keruh, ia datang
memberikan hal yang kubutuh; dicintai oleh sosok yang memang kuinginkan.
Selama ini,
hanya satu lembar yang terus kubaca. Membolak-balik halaman yang itu-itu saja. Ketika
aku mencoba membuka halaman baru, kau menemukanku; lembaran baru yang
seharusnya kubaca.
Tanpa pernah kau
bertanya seperti apa aku sebelum bersamamu saat ini, kau berani meyakinkan
bahwa kau datang tanpa berpikir untuk meninggalkan.
“Kalau kita udah gak bisa sama-sama lagi,
itu karena alam dan waktu.”
Lelaki pendiam itu
menatap mataku lamat-lamat. Berulang kali menghisap rokok yang terselip
dijarinya. Ini
sudah rokok ketiga. Asap kopi hitam
yang ia pesan semakin menipis. Kami hanya diam untuk waktu yang lama. Aku memulai
pembicaraan, bertanya satu-dua hal. Ia menjawab sekenanya. Aku tahu dengan
siapa aku berbicara. Aku tahu harus seperti apa menghadapi sosok dingin di
depanku saat itu. Tidak mudah membawanya masuk dalam perbincangan hangat saat
senja. Ternyata canda yang kukeluarkan cukup ampuh membuatnya tersenyum dan
tertawa.
Hubungan ini
memang masih seumuran jagung, namun sudah banyak hal yang kita lewati. Berawal
saat kau mengenalkanku pada kedua orangtuamu, dan pertemuan-pertemuan baik
berikutnya. Aku senang diterima dalam keluarga lain yang baru kukenal. Aku
senang saat ibumu bercerita dan membuatku mengetahui lebih banyak hal tentang
dirimu. Aku suka saat membantu ibumu merapihkan
piring-piring sehabis kita makan. Aku suka menyiapkan
bantal yang akan kau pakai tidur saat malam. Aku suka semua hal yang kita
lakukan.
Kau tak perlu
takut aku akan mencari kebahagiaan pada oranglain dan mencari-cari hal yang
tidak ada didirimu. Akupun pernah berjanji, jika hubungan ini harus berakhir,
kupastikan bukan karena pengkhianatan. Aku senang kau tidak mengekang, tidak
juga melarang-larang. Kau bilang; Aku
ini baru pacarmu, bukan suamimu, mana berani aku melarang atas hal yang ingin
kau lakukan? Aku tahu kau perempuan dewasa, tahu mana yang baik dan tidak.
Singkat namun
selalu kuingat. Kau melepasku dengan bekal kepercayaan yang kau titipkan.
Sayang, aku tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama seperti dulu.
Karena kau menenangkan, karena kau menyenangkan. Walau harus aku yang
pintar-pintar mencari pembahasan untuk kita bicarakan. Kau bukan tipikal orang yang
akan memulai pembicaraan. Lagipula aku tidak keberatan untuk memberi umpan awal
agar suasana menjadi lebih menyenangkan.
Kau selalu
membuatku penasaran. Apalagi tatapan elang yang kau tunjukkan saat aku rewel
bercerita, membuatku ingin menelanmu hidup-hidup. Kau juga hebat, membuatku
menjadi perempuan sabar dan tidak mudah marah. Kau sosok pendiam yang selalu mencuri
perhatian. Semoga rasa ini seimbang dengan pembagian 50:50. Semoga hubungan ini
tidak berat sebelah. Bukan hanya aku atau kau saja yang mencinta, tetapi
melibatkan kami berdua dalam menjalani kebahagiaan bersama. Jika dahulu aku berprinsip “kalau kita
dibahagiakan orang lain, dan kamu setuju akan hal itu, kamu boleh pilih dia”. Aku ingin mengubahnya
menjadi “tetaplah disini, seburuk apapun kondisi yang kita hadapi”.
Aku senang saat duduk
berdampingan denganmu; tuan pemesan kopi hitam.
Aku mau jadi teman minum
kopimu sampai dingin.
Satu lagi, aku suka saat
semesta dan hujan seolah bekerjasama untuk menahanmu, disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar